Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Tuhan dan bahwa Roh Tuhan diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Tuhan, maka Tuhan akan membinasakan dia. Sebab bait Tuhan adalah kudus dan bait Tuhan itu ialah kamu.
Saudara, ayat ini dimulai dengan kalimat “Tidak tahukah kamu.” Jika diperhatikan dari susunan katanya, kalimat tidak tahukah kamu merupakan sebuah kalimat teguran, sekaligus penegasan kepada jemaat. Rasul Paulus memulai pernyataannya dengan sebuah kalimat peringatan yang sangat keras kepada jemaat, karena selama ini jemaat di Korintus memiliki satu masalah yang sangat serius, yaitu masalah Pengajaran. Kota Korintus adalah sebuah
Inilah yang kemudian menjadi alasan bagi, rasul Paulus untuk memperingatkan jemaat di Korintus, bagaimana mereka harus memandang dirinya. Rasul Paulus merasa perlu untuk memperingatkan jemaat bahwa mereka harus berawas-awas. Jemaat harus memiliki dasar pengajaran yang benar. Jemaat harus menyadari esensi dan eksistensi dirinya yang sebenarnya. Bahwa tubuh manusia yang telah percaya Yesus adalah tempat suci Tuhan. Kita sebagai orang percaya adalah baitNya Tuhan. Kita adalah tempat berdiamnya pribadi yang sangat suci dan Kudus.
Kita harus menyadari bahwa ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat, Yesus Kristus hidup dan tinggal dalam kita. Ketika Yesus Kristus menjadikan diri kita sebagai tempat tinggalnya, maka secara otomatis, kita menjadi tempat berdiamnya Tuhan. Kita harus memahaminya dengan sunguh-sungguh bahwa kita telah dijadikan oleh Tuhan, sebagai tempat berpijakNya. Kita harus menyadari dengan benar bahwa sebagai bait, kita telah dijadikan tempat tumpuan kaki Tuhan.
Permasalahannya, sebagai Bait Tuhan, sebagai Bait Suci, sebagai gereja, apakah kita telah menyerahkan diri kita sebagai tempat untuk berdiamnya Tuhan. Apakah kita telah membuka diri kita untuk membiarkan Tuhan berpijak dalam kita. Apakah Tuhan kita biarkan berkuasa dalam diri kita.
Sering kali yang terjadi, kita menyebut diri kita sebagai gereja, kita menyebut diri kita sebagai bait suci, tetapi kita tidak membiarkan Tuhan bertahta dalam kehidupan kita. Kita tidak membiarkan Tuhan berkarya dalam hidup kita. Bahkan banyak diantara kita yang menutup pintu secara rapat bagi Tuhan.
Sehingga sebagai orang percaya yang mengklaim dirinya sebagai gereja, sebagai baitnya Tuhan, kita wajib mempertanyakan, apakah benar Tuhan berdiam dalam kita, Apakah benar Tuhan berdiam dan berpijak disitu, adakah Tuhan betah, apakah disitu menjadi tempat tumpuan kaki Tuhan. Inilah yang menjadi masalah sebagian besar orang percaya. Karena itu, saya harus bahas dulu bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi tempat tumpuan kaki Tuhan.
Untuk membahasnya kita harus flash beck ke perjanjian lama. Kita harus ingat bahwa perjanjian lama adalah gambaran dari realita yang terjadi dalam perjanjian baru. Atau perjanjian Baru adalah realita yang gambarannya telah jauh ada dalam perjanjian lama.
Begitu pun konsep tentang bait suci. Konsep tentang bait suci telah lama ada mulai dari zaman Musa yang diperintahkan Tuhan membangun kemah suci, sampai dengan zaman Daud yang merindukan mendirikan Bait Suci bagi Tuhan. Dalam I Tawarikh pasal 28, digambarkan bagaimana hasrat dari Daud untuk membangun Rumah Tuhan. Daud sebagai raja, telah mengumpulkan seluruh pemuka-pemuka bangsa
Dikatakan, “Aku bermaksud hendak mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN dan untuk tumpuan kaki Tuhan kita; juga aku telah membuat persediaan untuk mendirikannya.” (I Tawarikh 28:2). Sebelum kita lanjut lebih jauh lagi, mari kita perhatikan apa yang dikatakan ayat ini. Ayat ini dengan sangat jelas menekankan pada perhentian untuk tabut perjanjian. Mengapa tabut Perjanjian menjadi perhatian utama dari Daud. Inilah konsep yang harus kita pahami, bahwa tabut perjanjian itu adalah lambang kehadiran Tuhan. Sekinah glory, kemualiaan Tuhan hadir disitu. Kalau kita perhatikan, sejarah tabut perjanjian, maka kita akan menemukan bahwa setiap kali Tuhan ingin berbicara dengan bangsa
Makanya tidak akan pernah ada artinya sebuah gereja tanpa kehadiran Tuhan. Tidak akan ada artinya sebuah bait suci jika kehadiran Tuhan tidak dinyatakan ditempat itu. Tetapi harus kita garis bawahi, dimana ada kehadiran Tuhan maka disitu berarti gereja berdiri. Jadi kalau kita berbicara tentang gereja, kita bukan berbicara tentang tempat. Kalau kita berbicara gereja, kita berarti sedang berbicara tentang kehadiran Tuhan. Kita berbicara tentang hadirat Tuhan. Gereja harus menyatakan hadirat Tuhan. Gereja harus merepresentasikan kuasa Tuhan.
Bagaimana sebuah gereja bisa merepresentasikan kuasa Tuhan, bagaimana sebuah gereja bisa merepresentasikan kehadiran Tuhan, bagaiamana sebuah gereja bisa menjadi tumpuan kaki Tuhan, maka syaratnya
Sebagai tempat atau tumpuan kakinya Tuhan, maka bait Tuhan itu harus klop dengan Tuhan. Gereja itu harus cocok, harus Matching dengan Tuhan. Sekali lagi, gerejanyalah yang harus cocok dengan keinginan Tuhan. Bait sucinyalah yang harus Klop dengan Tuhan. Bukan sebaliknya Tuhan yang harus klop dengan kita. Itu salah!!!
Saudara jika sepatu yang kita gunakan, tidak sesuai dengan kaki kita, pertanyaan saya, apakah sepatunya yang dibesarin atau kakinya yang harus dikecilin??? Tentunya sepatu yang harus kita besarin sesuai dengan ukuran kaki kita.
Karena itu supaya kita menjadi tempat pijakan Tuhan yang klop. maka kitalah yang harus mencocokkan diri kita dengan kakinya Tuhan. Bagaimana kita menjadi klop dengan Tuhan, maka yang harus kita lakukan adalah “MELEPASKAN APA YANG MENJADI HAK KITA, DAN MENGIKUTI APA YANG MENJADI KEMAUAN TUHAN.”
Daud adalah orang yang memiliki keinginan untuk membangun bait Tuhan. Daud adalah orang yang membuat blue printnya, Daud adalah orang yang telah mengumpulkan dana. Jadi dari sisi teknis, tidak ada lagi kendala bagi Daud untuk melakukan pembangunan bait Tuhan. Tetapi apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, “Tetapi Tuhan telah berfirman kepadaku: Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan telah menumpahkan darah.” (I Tawarikh 28:3)
Apa yang menjadi keinginan Daud, ternyata berbeda dengan apa yang menjadi keinginan Tuhan. Dan ketika Daud melepaskan keinginan dan hasratnya, ketika Daud mengorbankan apa yang menjadi haknya, maka pada saat itu juga, Daud menjadi klop dengan Tuhan. Daud menjadi pribadi yang matching sebagai tempat berpijaknya Tuhan.
Bagaimana dengan kita??? Apakah kita ingin menjadi pribadi yang matching dengan Tuhan??? Jika YA, belajarlah untuk menngorbankan apa yang menjadi haknya kita, dan mengikuti apa yang menjadi kemauan Tuhan. Amin.
Mantabz blog nya pak Raymond....
BalasHapusKami perlu banget khotbah Audio MP3 beliau.. apakah sudah ada ? untuk kami upload di blog kami.
Selamat atas Blog nya.
Blog kami http://www.yohanesyongkie.blogspot.com Tuhan Yesus memberkati
Yohanes Yongkie