Sabtu, 31 Oktober 2009

PEMBARUAN PIKIRAN

Firman Tuhan dalam Roma 12:2 mengatakan, “Tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.” Apa yang dimaksud dengan “pembaruan budi?” Dalam Alkitab King James Version dikatakan, “Renewing of your mind,” Perbaruilah Pikiranmu!!! Pertanyaannya, mengapa pikiran kita harus diperbarui??? Apa yang salah dengan pikiran kita???

Dalam I Yohanes 5:4 dikatakan, “Sebab semua yang lahir dari Tuhan, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” Kita percaya bahwa kita adalah milik Tuhan, dan kita telah diangkat oleh Tuhan menjadi anak-anakNya. Dan sebagai anak, kita harus ingat bahwa kita telah ditakdirkan untuk mengalahkan dunia ini. Kita ditakdirkan untuk menjadi pemenang. Tetapi kenyataan yang kita hadapi justru terbalik. Kita bukan menjadi pemenang tetapi menjadi golongan yang selalu kalah. Mengapa??? Apakah kita kurang beriman??? Apakah iman kita terlalu kecil untuk mengalahkan masalah kita???

Saya rasa bukan itu permasalahannya. Karena Firman Tuhan, mengatakan kepada kita, “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Matius 17:20).

Jadi sebenarnya, untuk menyelesaikan masalah kita, kita tidak memerlukan iman sebesar masalah yang sedang kita hadapi. Untuk menyelesaikan masalah, kita cukup memiliki iman sebesar biji sesawi, tetapi dengan satu catatan, IMAN ITU HARUS TEREKSPRESI SECARA MAKSIMAL. Iman yang sebasar biji sesawi itu harus keluar secara utuh.

Masalah kita saat ini, kita memiliki iman yang besar melebihi biji sesawi tetapi frame untuk mengeluarkan iman itu sangat kecil. Frame itu adalah pikiran kita. Pikiran kita sering kali menjadi masalah, menjadi hambatan, ketika kita akan mengekspresikan iman kita. Iman sebesar apapun, jika pola berpikir kita sempit, maka iman yang keluar itu akan menjadi kecil.

Contoh, Jika kita melihat proses pembuatan Donat, maka kita akan dikejutkan dengan adonan tepung donat yang telah disiapkan begitu sangat besar, tetapi adonan yang besar itu akan melewati frame yang kecil, sehingga ketika adonan tepung itu keluar dari freme, hasilnya pun kecil sesuai dengan framenya.

Begitu pun dengan kita. Meskipun kita memiliki iman sebesar gunung, tetapi jika frame of mind kita kecil maka hasil yang akan kita keluarkan pun kecil.

Karena itu, Firman Tuhan menasehatkan kita untuk memperbarui cara berpikir kita. Kita harus mengenakan pikiran Tuhan. Jangan pernah kita membatasi pikiran Tuhan yang besar dengan cara berpikir kita yang kecil. Jangan pernah kita membatasi pikiran Tuhan yang tidak terbatas dengan pola berpikir kita yang terbatas. Berpikirlah sebagaimana Tuhan berpikir. Bagaimana cara Tuhan berpikir, “Segala sesuatu mungkin, dan tidak ada yang mustahil.”

Jumat, 30 Oktober 2009

DOA PAULUS

Paulus adalah salah satu penulis kitab perjanjian baru yang menulis hampir 50% isi kitab Perjanjian Baru itu. Dan ketika menulis, Paulus tidak pernah berpikir bahwa apa yang dia tulis akan menjadi kitab suci seperti yang saat ini kita miliki.
Kitab Efesus sendiri adalah kitab yang ditulis oleh rasul Paulus ketika ia berada dalam penjara. Jemaat Efesus adalah jemaat yang didirikan dan dibina oleh rasul Paulus. Tetapi karena rasul Paulus adalah seorang penginjil yang terus berpindah tempat, konsekwensinya, ia tidak bisa mengembalakan jemaat dengan bertatap muka.
Rasul Paulus mengembalakan jemaat-jemaat yang ia dirikan, termasuk jemaat di Efesus, lewat surat-surat yang kemudian dikanonkan menjadi kitab Perjanjian Baru.
Dalam Firman Tuhan yang kita baca tadi, Rasul Paulus berdoa kepada Tuhan untuk jemaat di Efesus, sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawabnya dalam mengembalakan jemaat.

Kalau kita perhatikan Isi doa dari rasul Paulus, kita akan menemukan bahwa rasul Paulus tidak berdoa untuk hal-hal fisik atau segala sesuatu yang terkait dengan kebutuhan jesmani jemaat. Ini menjadi sangat menarik, karena kita ketahui, biasanya jemaat lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat jesmani setiap kali menaikkan doa kepada Tuhan. Kalau begitu, apa sebenarnya yang didoakan oleh Rasul Paulus??? Mengapa rasul Paulus tidak menyinggung masalah-masalah yang terkait dengan kebutuhan jesmani jemaat???

Ada 3 (Tiga) hal yang sangat mendasar yang menjadi pokok doa dari rasul Paulus. Tiga hal ini kalau kita miliki, maka segala sesuatu yang kita butuhkan termasuk didalamnya kebutuhan-kebutuhan jesmani, mulai dari kebutuhan ekonomi, kesehatan, pendidikan, karir, keluarga, kebahagiaan, kehidupan yang damai, dan segala sesuatu yang kita idamkan dalam hidup, akan mengikuti setelahnya. Yesus Kristus dengan sangat jelas mengatakan, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Sorga dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).
Tiga hal mendasar inilah yang akan kita bahas dan kita renungkan pada kebaktian kita minggu ini.

1. Memiliki Iman yang bertumbuh dan berakar dalam kasih dan pengenalan akan Kristus Yesus (Ayat 16). Mengapa hal ini menjadi penting dan menjadi hal yang mendasar dalam doa Rasul Paulus??? Karena, rasul Paulus sangat tahu bahwa sasaran akhir dari iblis menggoda kita bukanlah supaya kita meninggal. Tidak!!! Hal itu bukan menjadi tujuan utama dari iblis mengganggu kita. Tujuan utama dari iblis mengganggu kita adalah supaya kita mengalami kegoncangan iman. Dan ketika iman kita menjadi lemah, ketika iman kita goncang dan ketika kita jatuh dalam dosa, maka itu artinya, iblis telah mencapai tujuan utamanya. Tetapi hebatnya, Firman Tuhan telah memberitahukan kepada kita bahwa iblis tidak akan pernah mampu menjangkau spirit kita. Iblis tidak akan pernah mampu merebut roh kita, karena roh kita telah menyatu dengan Roh Kristus. Kalau roh kita telah menyatu dengan Roh Kristus, adakah yang berani mengganggu atau mengambil roh kita???

Karena iblis tahu akan hal ini, maka ia menggunakan trik. Iblis mulai bersiasat. Dia tahu dalam diri kita, ada tubuh, jiwa dan roh. Tubuh dan jiwalah yang diserang iblis. Ia menyerang pikiran kita, ia menyerang perasaan kita dan ia menyerang kesehatan kita. Diharapkan oleh iblis, ketika tubuh kita menjadi lemah, maka roh kita juga ikut menjadi lemah. Ketika pikiran kita stress karena tekanan masalah maka roh kita juga ikut menjadi lemah. Dan itu menjadi target dari iblis. Karena itu Firman Tuhan memberi peringatan kepada kita supaya berawas-awas, karena “Roh memang penurut tetapi daging lemah.” Karena itulah, rasul Paulus dalam pokok doanya menekankan hal ini supaya iman jemaat makin kuat, kasihnya makin kuat dan berakar. Kata berakar maksudnya, saudara berakar masuk sampai mengenal pribadinya Tuhan. Dalam Efesus 1:15-17 dikatakan, “Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Tuhan Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.” (Efesus 1:15-19).

2. Memahami betapa Panjang dan lebar dan dalam Kasih Tuhan itu (Ayat 17). (Bandingkan Roma 11:33). Saudara, kasih Tuhan itu sungguh luar biasa. Kita tidak akan pernah mampu menyelami betapa dalamnya kasih Tuhan itu. Jika kita berusaha untuk mengukur kasih Tuhan, kita ibarat ikan cakalang yang berusaha mengukur luasnya samudra raya. Kasih Tuhan itu sungguh luar biasa bagi kita. Kasih Tuhan itu sungguh dahsyat bagi kita. Jangankan masalah-masalah kita, nyawanya sendiri tidak Ia sayangkan. Ia memberikan nyawaNya bagi kita. Masa hanya masalah-masalah yang kita hadapi tidak Ia pedulikan. Ia sangat peduli dan sangat mengasihi kita. Dalam Roma 8:31-35 dikatakan: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Tuhan? Tuhan, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Tuhan, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Lihat Roma 8:31-35).

3. Dipenuhi dalam kepenuhan Tuhan. Dipenuhi dalam kepenuhan Tuhan artinya, penuh-penuh. Saudara ketika berbicara tentang kepenuhan Tuhan, maka kita harus memahami bahwa kepenuhan kita dipenuhi dalam Tuhan yang penuh. Ibarat sebuah botol coca-cola dimasukkan kedalam drum yang dipenuhi Air, begitulah kepenuhan kita. Kita penuh didalam kepenuhan. Kita harus ingat bahwa Tuhan yang ita sembah, Tuhan Yesus Kristus, adalah Tuhan yang penuh. Penuh kebajikan, penuh kasih, penuh kekayaan, penuh kedamaian, penuh sukacita, dan penuh segala sesuatu. Kalau kepenuhan kita dipenuhi itu dipenuhi dalam kepenuhan Tuhan yang tidak terbatas itu, maka kepenuhan kita menjadi penuh-penuh. Kalau kita tidak meyakini Tuhan yang penuh, nantinya menjadi setengah-setengah. Setengah Tuhan, setengah dukun. Jadi kita harus dipenuhi dalam kepenuhan Tuhan yang penuh itu.

Jika tiga hal ini telah kita miliki, maka ayat 20 (dua puluh) akan menjadi milik kita. “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Amin.

MATCHING

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Tuhan dan bahwa Roh Tuhan diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Tuhan, maka Tuhan akan membinasakan dia. Sebab bait Tuhan adalah kudus dan bait Tuhan itu ialah kamu.


Saudara, ayat ini dimulai dengan kalimat “Tidak tahukah kamu.” Jika diperhatikan dari susunan katanya, kalimat tidak tahukah kamu merupakan sebuah kalimat teguran, sekaligus penegasan kepada jemaat. Rasul Paulus memulai pernyataannya dengan sebuah kalimat peringatan yang sangat keras kepada jemaat, karena selama ini jemaat di Korintus memiliki satu masalah yang sangat serius, yaitu masalah Pengajaran. Kota Korintus adalah sebuah kota metropolitan yang sangat terkenal pada zamannya. Kota ini adalah kota yang dengan vulgar mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan bangsa Romawi yang senang berpesta, menyembah patung-patung dan dewa-dewa Yunani. Kota ini juga adalah kota yang masyarakatnya dengan bebas melakukan penyimpangan-penyimpangan seksual. Dan satu hal yang sangat diawasi oleh rasul Paulus, adanya pengajaran dalam jemaat yang telah dipengaruhi oleh ajaran filsafat Yunani yang mengatakan bahwa tubuh adalah aspek terendah dalam pribadi manusia. Karena itu menurut ajaran ini, untuk membebaskan roh dalam penjara tubuh, manusia harus menyikasa tubuhnya supaya roh dalam tubuh manusia bisa terbebas.

Inilah yang kemudian menjadi alasan bagi, rasul Paulus untuk memperingatkan jemaat di Korintus, bagaimana mereka harus memandang dirinya. Rasul Paulus merasa perlu untuk memperingatkan jemaat bahwa mereka harus berawas-awas. Jemaat harus memiliki dasar pengajaran yang benar. Jemaat harus menyadari esensi dan eksistensi dirinya yang sebenarnya. Bahwa tubuh manusia yang telah percaya Yesus adalah tempat suci Tuhan. Kita sebagai orang percaya adalah baitNya Tuhan. Kita adalah tempat berdiamnya pribadi yang sangat suci dan Kudus.

Kita harus menyadari bahwa ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat, Yesus Kristus hidup dan tinggal dalam kita. Ketika Yesus Kristus menjadikan diri kita sebagai tempat tinggalnya, maka secara otomatis, kita menjadi tempat berdiamnya Tuhan. Kita harus memahaminya dengan sunguh-sungguh bahwa kita telah dijadikan oleh Tuhan, sebagai tempat berpijakNya. Kita harus menyadari dengan benar bahwa sebagai bait, kita telah dijadikan tempat tumpuan kaki Tuhan.

Permasalahannya, sebagai Bait Tuhan, sebagai Bait Suci, sebagai gereja, apakah kita telah menyerahkan diri kita sebagai tempat untuk berdiamnya Tuhan. Apakah kita telah membuka diri kita untuk membiarkan Tuhan berpijak dalam kita. Apakah Tuhan kita biarkan berkuasa dalam diri kita.

Sering kali yang terjadi, kita menyebut diri kita sebagai gereja, kita menyebut diri kita sebagai bait suci, tetapi kita tidak membiarkan Tuhan bertahta dalam kehidupan kita. Kita tidak membiarkan Tuhan berkarya dalam hidup kita. Bahkan banyak diantara kita yang menutup pintu secara rapat bagi Tuhan.

Sehingga sebagai orang percaya yang mengklaim dirinya sebagai gereja, sebagai baitnya Tuhan, kita wajib mempertanyakan, apakah benar Tuhan berdiam dalam kita, Apakah benar Tuhan berdiam dan berpijak disitu, adakah Tuhan betah, apakah disitu menjadi tempat tumpuan kaki Tuhan. Inilah yang menjadi masalah sebagian besar orang percaya. Karena itu, saya harus bahas dulu bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi tempat tumpuan kaki Tuhan.

Untuk membahasnya kita harus flash beck ke perjanjian lama. Kita harus ingat bahwa perjanjian lama adalah gambaran dari realita yang terjadi dalam perjanjian baru. Atau perjanjian Baru adalah realita yang gambarannya telah jauh ada dalam perjanjian lama.

Begitu pun konsep tentang bait suci. Konsep tentang bait suci telah lama ada mulai dari zaman Musa yang diperintahkan Tuhan membangun kemah suci, sampai dengan zaman Daud yang merindukan mendirikan Bait Suci bagi Tuhan. Dalam I Tawarikh pasal 28, digambarkan bagaimana hasrat dari Daud untuk membangun Rumah Tuhan. Daud sebagai raja, telah mengumpulkan seluruh pemuka-pemuka bangsa Israel ia mengumumkan hasratnya untuk membangun Rumah Tuhan.

Dikatakan, “Aku bermaksud hendak mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN dan untuk tumpuan kaki Tuhan kita; juga aku telah membuat persediaan untuk mendirikannya.” (I Tawarikh 28:2). Sebelum kita lanjut lebih jauh lagi, mari kita perhatikan apa yang dikatakan ayat ini. Ayat ini dengan sangat jelas menekankan pada perhentian untuk tabut perjanjian. Mengapa tabut Perjanjian menjadi perhatian utama dari Daud. Inilah konsep yang harus kita pahami, bahwa tabut perjanjian itu adalah lambang kehadiran Tuhan. Sekinah glory, kemualiaan Tuhan hadir disitu. Kalau kita perhatikan, sejarah tabut perjanjian, maka kita akan menemukan bahwa setiap kali Tuhan ingin berbicara dengan bangsa Israel maka Tuhan akan selalu hadir dalam tabut perjanjian. Tuhan menyatakan diri dalam tabut perjanjian. Tabut perjanjian menjadi perlambangan dari kehadiran Tuhan.

Makanya tidak akan pernah ada artinya sebuah gereja tanpa kehadiran Tuhan. Tidak akan ada artinya sebuah bait suci jika kehadiran Tuhan tidak dinyatakan ditempat itu. Tetapi harus kita garis bawahi, dimana ada kehadiran Tuhan maka disitu berarti gereja berdiri. Jadi kalau kita berbicara tentang gereja, kita bukan berbicara tentang tempat. Kalau kita berbicara gereja, kita berarti sedang berbicara tentang kehadiran Tuhan. Kita berbicara tentang hadirat Tuhan. Gereja harus menyatakan hadirat Tuhan. Gereja harus merepresentasikan kuasa Tuhan.

Bagaimana sebuah gereja bisa merepresentasikan kuasa Tuhan, bagaimana sebuah gereja bisa merepresentasikan kehadiran Tuhan, bagaiamana sebuah gereja bisa menjadi tumpuan kaki Tuhan, maka syaratnya geraja, bait suci, bait Tuhan, Rumah Tuhan, orang percaya, Harus Klop dengan Tuhan.

Sebagai tempat atau tumpuan kakinya Tuhan, maka bait Tuhan itu harus klop dengan Tuhan. Gereja itu harus cocok, harus Matching dengan Tuhan. Sekali lagi, gerejanyalah yang harus cocok dengan keinginan Tuhan. Bait sucinyalah yang harus Klop dengan Tuhan. Bukan sebaliknya Tuhan yang harus klop dengan kita. Itu salah!!!

Saudara jika sepatu yang kita gunakan, tidak sesuai dengan kaki kita, pertanyaan saya, apakah sepatunya yang dibesarin atau kakinya yang harus dikecilin??? Tentunya sepatu yang harus kita besarin sesuai dengan ukuran kaki kita.

Karena itu supaya kita menjadi tempat pijakan Tuhan yang klop. maka kitalah yang harus mencocokkan diri kita dengan kakinya Tuhan. Bagaimana kita menjadi klop dengan Tuhan, maka yang harus kita lakukan adalah “MELEPASKAN APA YANG MENJADI HAK KITA, DAN MENGIKUTI APA YANG MENJADI KEMAUAN TUHAN.”

Daud adalah orang yang memiliki keinginan untuk membangun bait Tuhan. Daud adalah orang yang membuat blue printnya, Daud adalah orang yang telah mengumpulkan dana. Jadi dari sisi teknis, tidak ada lagi kendala bagi Daud untuk melakukan pembangunan bait Tuhan. Tetapi apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, “Tetapi Tuhan telah berfirman kepadaku: Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan telah menumpahkan darah.” (I Tawarikh 28:3)

Apa yang menjadi keinginan Daud, ternyata berbeda dengan apa yang menjadi keinginan Tuhan. Dan ketika Daud melepaskan keinginan dan hasratnya, ketika Daud mengorbankan apa yang menjadi haknya, maka pada saat itu juga, Daud menjadi klop dengan Tuhan. Daud menjadi pribadi yang matching sebagai tempat berpijaknya Tuhan.

Bagaimana dengan kita??? Apakah kita ingin menjadi pribadi yang matching dengan Tuhan??? Jika YA, belajarlah untuk menngorbankan apa yang menjadi haknya kita, dan mengikuti apa yang menjadi kemauan Tuhan. Amin.